Profil

Jumat, 06 April 2012

Memberdayakan Itsar


Itsar menurut bahasa berarti mementingkan orang lain dari diri sendiri. Itsar adalah lawan kata dari egois yaitu lebih mementingkan diri sendiri.
Itsar termasuk akhlak mulia yang sangat dianjurkan untuk dimiliki oleh setiap orang. Sebab ketika kita mampu untuk mengutamakan orang lain lebih dari diri sendiri, niscaya sifat egois yang ada pada diri kita akan terkikis habis. Dan pastinya kita akan lebih dihargai, dicintai dan dihormati.
Banyak kisah yang menggambarkan bagaimana indahnya ketika seseorang lebih mengutamakan orang lain dari dirinya sendirinya. Diantaranya adalah kisah Abu Thalhah & Ummu Sulaim yang memenuhi perintah Rasulullah memberi makan musafir yg kelaparan. Padahal ketika itu mereka tidak mempunyai apa-apa kecuali untuk makan mereka sekeluarga.
Dalam perang Yarmuk, dari Abdullah bin Mush'ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya menceritakan, "Telah syahid al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam keadaan kritis, namun kesemuanya saling menolak. Ketika salah satu dari mereka akan diberi minum dia berkata, "Berikan dahulu kepada si fulan, demikian seterusnya sehingga semuanya meninggal dan mereka belum sempat meminum air itu.
Terakhir kisah mengenai kaum Anshar yang lebih mengutamakan saudara mereka kaum Muhajirin, ketika mereka berhijrah ke madinah.
Subhanallah, inilah potret akhlak para salafusshalih yang agung dan mulia. Sehingga Allah pun mengabadikan hal tersebut dalam al-quran surat al-Hasyr: 9, yang artinya “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Namun, kenyataannya jauh panggang dari api. Masih banyak orang yang acuh tak acuh dan tidak memperhatikan persoalan ini. Seperti yang saya saksikan di salah satu angkutan massal ibukota sore tadi. Saat saya pulang dari satu kegiatan di daerah Tebet. Saya melihat ada beberapa orang (perempuan, bapak-bapak) yang berdiri karena tidak mendapat tempat duduk. saya sangat menyayangkan sikap mereka yang duduk, padahal mereka relatif masih muda dan kuat secara fisik, namun mereka enggan untuk legowo memberikan tempat duduknya kepada mereka yang lebih berhak/butuh.
Tidakkah mereka membayangkan, jika seandainya yang berdiri itu adalah salah seorang dari anggota keluarganya; ibunya, bapaknya, kakeknya, neneknya, saudaranya dll. Bagaimanakah perasaan mereka…?. Mungkin mereka akan berpikir seperti apa yang saya pikirkan saat itu.
Sudah selaknyalah kita menanggalkan sifat egoisme yang masih bercokol dalam diri, agar kita bisa menjadi orang yang bermanfaat terhadap sesama. Karena kata Nabi saw “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya”.
Mari budayakan sikap lebih mengutamakan kepentingan orang lain/umum dari pada diri sendiri.
Semoga bermanfaat.
Reyka86.blogspot.com

Tidak ada komentar: