Profil

Sabtu, 21 April 2012

Pelajaran Dari Menjadi Wasit

Alhamdulillah, putaran pertama turnament futsal antar mahasiswa LIPIA terselenggara juga hari ini. Sekarang tersisa 16 team dari 32 team yang mengikuti tournament. Insya Allah ahad besok tournament memasuki putaran kedua yang akan mempertandingkan 8 pertandingan dari 16 team tersisa.
Ada banyak cerita dan drama yang terjadi pada putaran pertama hari ini. Di sana ada semangat, kesedihan, kegembiraan kekecewaan. Pokoknya semua rasalah.
Saya sendiri disamping menjadi pemain, juga merangkap sebagai Panitia. Diantara tugas panitia adalah menjadi wasit; pengadil pertandingan. Total 3 pertandingan dari pagi sampai sore hari yang saya wasiti. Kesimpulan saya adalah ternyata menjadi wasit itu tidak mudah. Kenapa saya mengatakan demikian, karena saya merasakan sendiri bagaimana beratnya tugas seorang wasit;
Pertama, wasit dituntut untuk tampil sempurna tanpa celah sedikitpun, sehingga jika ada kesalahan sekecil apapun maka ia langsung dihujat, padahal wasit juga manusia yang bisa saja melakukan kesalahan dan kekhilafan.  Oleh karena itu seorang wasit harus memiliki mental yang kuat.
Kedua, wasit harus bersedia untuk dihujat, disorakin penonton, diejek bahkan dicela dan dihina. Apalagi kalau keputusannya itu kontroversial atau terkesan berat sebelah.
Ketiga, wasit harus berani. Berani mengambil keputusan yang tidak populer, artinya wasit harus tegas; kalau putih ya putih kalau hitam ya hitam. Wasit jangan mau diintervensi oleh pihak manapun.
Jadi pelajaran yang bisa saya petik dari pengalaman menjadi wasit adalah ketegasan, kejujuran, keberanian, kepercayaan diri dan mental yang kuat. Semoga sifat-sifat yang saya sebutkan tadi bisa aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Terakhir, saya hanya ingin mengatakan bahwa “wasit juga manusia”.

Tidak ada komentar: