Itsar menurut bahasa
berarti mementingkan orang lain dari diri sendiri. Itsar adalah lawan kata dari
egois yaitu lebih mementingkan diri sendiri.
Itsar termasuk akhlak
mulia yang sangat dianjurkan untuk dimiliki oleh setiap orang. Sebab ketika
kita mampu untuk mengutamakan orang lain lebih dari diri sendiri, niscaya sifat
egois yang ada pada diri kita akan terkikis habis. Dan pastinya kita akan lebih
dihargai, dicintai dan dihormati.
Banyak kisah yang menggambarkan
bagaimana indahnya ketika seseorang lebih mengutamakan orang lain dari dirinya
sendirinya. Diantaranya adalah kisah Abu Thalhah & Ummu Sulaim yang
memenuhi perintah Rasulullah memberi makan musafir yg kelaparan. Padahal ketika
itu mereka tidak mempunyai apa-apa kecuali untuk makan mereka sekeluarga.
Dalam perang Yarmuk, dari
Abdullah bin Mush'ab Az Zubaidi dan Hubaib bin Abi Tsabit, keduanya
menceritakan, "Telah syahid al-Harits bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal
dan Suhail bin Amr. Mereka ketika itu akan diberi minum, sedangkan mereka dalam
keadaan kritis, namun kesemuanya saling menolak. Ketika salah satu dari mereka
akan diberi minum dia berkata, "Berikan dahulu kepada si fulan, demikian
seterusnya sehingga semuanya meninggal dan mereka belum sempat meminum air itu.
Terakhir kisah mengenai kaum
Anshar yang lebih mengutamakan saudara mereka kaum Muhajirin, ketika mereka
berhijrah ke madinah.
Subhanallah, inilah potret
akhlak para salafusshalih yang agung dan mulia. Sehingga Allah pun mengabadikan
hal tersebut dalam al-quran surat al-Hasyr: 9, yang artinya “Dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun
mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Namun, kenyataannya jauh
panggang dari api. Masih banyak orang yang acuh tak acuh dan tidak
memperhatikan persoalan ini. Seperti yang saya saksikan di salah satu angkutan massal
ibukota sore tadi. Saat saya pulang dari satu kegiatan di daerah Tebet. Saya melihat
ada beberapa orang (perempuan, bapak-bapak) yang berdiri karena tidak mendapat
tempat duduk. saya sangat menyayangkan sikap mereka yang duduk, padahal mereka relatif
masih muda dan kuat secara fisik, namun mereka enggan untuk legowo memberikan
tempat duduknya kepada mereka yang lebih berhak/butuh.
Tidakkah mereka
membayangkan, jika seandainya yang berdiri itu adalah salah seorang dari
anggota keluarganya; ibunya, bapaknya, kakeknya, neneknya, saudaranya dll. Bagaimanakah
perasaan mereka…?. Mungkin mereka akan berpikir seperti apa yang saya pikirkan
saat itu.
Sudah selaknyalah kita
menanggalkan sifat egoisme yang masih bercokol dalam diri, agar kita bisa
menjadi orang yang bermanfaat terhadap sesama. Karena kata Nabi saw “sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya”.
Mari budayakan sikap lebih
mengutamakan kepentingan orang lain/umum dari pada diri sendiri.
Semoga bermanfaat.
Reyka86.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar